Kasonaweja - Letnan Kolonel
Inf (Anumerta) John E De Fretes S.Th adalah Hamba Tuhan yang
aktif khotbah, memberi siraman rohani di gereja-gereja di Jayapura maupun pada
kegiatan Kodam. Berkat jasa-jasa beliau selama menjadi TNI dan khususnya
sebagai Pendeta, telah banyak menjadikan perubahan masyarakat Papua kearah yang
lebih baik khususnya tingkat kerohaniannya.
Dengan penampilan
yang kalem, tenang dan bersahaja Pdt John
E De Fretes sangat dekat dengan masyarakat dan umatnya. John E De Fretes
adalah seorang Sarjana Theologi yang terpanggil menjadi seorang abdi
negara/TNI, beliau pernah tugas di Akademi Militer (Akmil) selanjutnya berdinas
di Pendam XVII/Cenderawasih dengan jabatan Kasilistra, Pdt John sangat dekat
dengan rekan-rekan Wartawan yang selalu ada hubungan kerja dengan Pendam
XVII/Cenderawasih, jadi Pdt John tidak asing dikalangan wartawan dan Insan
Media di wilayah Jayapura. Setelah cukup lama berdinas di Pendam Pdt John
mutasi ke Sterdam menjabat sebagai Pabanda Tahwil dan belum lama mendapat
perintah menjabat Perwira Penghubung (Pabung) di Kabupaten Mamberamo Raya yang
merupakan wilayah Kodim 1712/Sarmi.
Pada hari Sabtu
tanggal 28 Nopember 2015 berangkat ke Mamberamo Raya karena sesuai perintah
agar segera masuk ke jabatan yang baru untuk menjalankan tugas untuk menghadapi
agenda besar yaitu Pemilukada. Setelah berada di Kasonaweja Pdt John langsung
aktif dengan melakukan pendekatan dan orientasi dengan warga sekitas, termasuk
melaksanakan kegiatan antipasi 1 Desember dengan melakukan koordinasi dengan Forkompinda
untuk memantau situasi wilayah.
Pada tanggal 30
Nopember 2015 sesuai dengan hasil koordinasi Kapolres Mamberamo Raya akan
melakukan pemantauan ke kampung Namuni dengan jarak kurang lebih 15 menit
perjalanan menggunakan Speedboat, karena
Kapolres ada urusan yang harus diselesaikan maka Pdt john dengan dua orang
anggota berangkat mendahului, dengan menggunakan speedboat diantar operator.
Saat tiba di Kampung Namuni, korban beserta 2 anggota dihampiri oleh sekitar
15-20 orang dengan menodongkan senjata (baik senjata api, panah dan parang)
kearah korban dan anggotanya.
Mirisnya, korban saat
ditodong oleh OPM sempat berkata untuk tidak menembak dan menyampaikan maksud
kedatangannya ke kampung tersebut untuk membantu dan mengayomi masyarakat, Pdt
John juga mengatakan " saya seorang pendeta, saya Hamba Tuhan"..
Namun OPM tetap menembak, memanah bahkan wajah beliau dikapak, sungguh sebuah
perilaku yang tidak manusiawi, para pelaku tidak beradab, keji dan tidak
bertuhan.
Untuk dua anggota
yang berusaha melindungi beliau karena tidak imbang dan terancam maka melarikan
diri walaupun sempat membalas dengan tembakan tapi merupakan upaya untuk
melindungi diri dan Pdt John. Akhiri salah satu putra terbaik bangsa ini gugur
dengan kondisi yang sangat mengenaskan akibat perlakuan kelompok yang tidak
punya peri kemanusiaan dan tidak beradab.
Kejadian ini sangat
meresahkan masyarakat Papua, terlebih korban merupakan seorang pemangku agama,
Hamba Tuhan yang terkenal baik kepada seluruh umatnya tanpa memandang
status. Tentunya tindakan yang dilakukan
oleh kelompok yang menyebut dirinya sebagai OPM ini merupakan tindakan yang
tidak manusiawi dan tidak beradab serta merupakan pelanggaran HAM yang telah
melanggar batas koridor hukum yang sudah semestinya. Kelompok ini tidak layak
ada di Papua yang damai ini, dan para pelaku harus dihukum dengan hukuman yang
setimpal. Kelompok OPM hanya membuat situasi Papua tidak aman dan merupakan
penghambat pembangunan untuk mensejahterakan dan mencerdaskan masyarakat Papua.
"Apa yang dapat
dibanggakan tindakan di atas, sedangkan seorang Pendata, Hamba Tuhan dan
pemangku agamapun dibunuh dengan keji".