Jayapura – Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki
berbagai macem kekayaan alam didalamnya. Salah satunya yang ada di wilayah
bagian paling Timur Indonesia yaitu Papua dan Papua Barat.
Papua
merupakan wilayah indonesia yang memiliki banyak sekali kekayaan alamnya, mulai
dari emas, tembaga, perak, minyak bumi dan bahkan masih banyak lagi. Maka bila
alamnya menyimpan banyak kekayaan, secara otomatis rakyatnya pun harus
demikian. Tetapi kenyataan yang ada sangat bertolak belakang dengan kehidupan
masyarakat yang ada di Papua.
Hal-hal
yang membuat selama ini Papua sangat jauh tertinggal dengan daerah lain di
Indonesia adalah masalah politik yang terus terjadi, yang menyebabkan Papua
menjadi daerah yang sangat memprihatinkan. ingatan yang sampai saat ini
terpelihara di benak masyarakat Papua yang kembali ke pangkuan NKRI lebih dari
setengah abad lalu itu, lebih di dominasi dengan ingatan kepedihan.
Serangkaian
peristiwa kekerasan yang terus diturun-temurunkan terus-menerus ke generasi
berikutnya, membuat cara pandang mereka terhadap negara sangat sinis. Kondisi
tersebut makin akut, ketika sejumlah elit di pemerintahan melakukan banyak hal
merugikan masyarakat di seluruh Papua, dari pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat, gubernur yang korupsi, pemerintah daerah yang menggunakan dana yang
tadinya semesti ditujukan untuk rakyat, tetapi disalah gunakan, hal tersebut
membuat masyarakat yang sudah menderita semakin tersiksa.
Dana
pembangunan khusus untuk Papua dan Papua Barat misalnya, telah menerima kucuran
dana yang sangat besar. Tercatat dari tahun 2001 hingga 2014 dana yang
diberikan Pemerintah pusat sebesar 57,7 triliun rupiah dana yang diterima Papua
dan Papua Barat. Ironisnya cucuran dana tersebut tidak berpengaruh pada index
pembangunan manusia atau IPN Papua.
Tetapi
ironisnya, IPN Papua dan Papua Barat masih merayap di urutan terakhir
se-Indonesia. Tiga tahun lalu skor IPN Papua 65,8 triliun itu menjadikan Papua sebagai
provinsi yang IPNnya terendah secara nasional yang rata-rata 73,29 triliun
rupiah. Wajar belaka bila kondisi tersebut memicu ketidakpuasan Papua.
celakanya lagi, hal tersebut terimbas ke berbagai masalah. Selama ini
pendekatan keamanan yang cenderung represif dipilih pemerintah setiap ada yang
bersuara lantang.
Dialog
secara serius pemenuhan atas janji-janji politik dan keinginan memperdayakan
Papua masih jauh panggang dari api. Karena itulah, kita sangat mengapresiasi
langkah Presiden Jokowi yang bertekan menggunakan pendekatan yang humanis,
biologis dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat Papua.
Hal-hal
seperti itulah yang sangat dirindukan masyarakat Papua, tetapi selama ini
hampir selalu menjadi teriakan kosong tak bersambut. Saat berkunjung ke Papua
sabtu 9 mei Presiden Jokowi memberikan grasi kepada 5 tahanan Papua dan Papua
Barat, Presiden mengatakan grasi itu merupakan upaya sepenuh hati pemerintah
untuk menghentikan stigma politik yang selama ini ada di Papua dan Papua Barat.
Kita ingin menciptakan Papua dan Papua Barat sebagai negeri yang damai, jadi
jangan di panas-panasi lagi “kata kepala negara dilembaga pemasyarakatan kelas
II Abepura, Jayapura, Papua”.
Dari
kelima Tapol yang dibebaskan itu, ada yang divonis seumur hidup dan ad yang
divonis 20 tahun penjara. Presiden bahkan menyebutkan kelima tapol yang
dibebaskan merupakan titik awal dari pembebasan tapol berikutnya.
Bukan
Cuma itu, pemerintah juga mencucurkan anggaran dana sebesar 6 triliun rupiah
untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Papua. Dana itu digunakan untuk
membangun jembatan dan jalan trans Papua, irigasi, sanitasi dan air minum serta
perumahan. Presiden Jokowi juga mengunjungi pasar Praha Sentani Jayapura yang
saat ini dijadikan contoh pasar terintegrasi dengan terminal. Pembangunan pasar
akan selesai akhir tahun ini, sehingga sudah dapat diresmikan akhir awal tahun
depan.
Langkah
tersebut mengingatkan kita pada cara negara menyelesaikan konflik di aceh
satuwasadasa lalu. itu menandakan pendekatan dialog kemanusiaan dan
kesejahteraan merupakan solusi yang benar untuk merekakan bangsa. Negeri ini
tentu tidak hanya menginginkan anyaman bangsa yang sepertinya indah dan
warna-warni dipermukaan saja, tetapi sejatinya didalamnya penuh dengan
kekarut-marutan akibat pendekatan reprensif yang menakutkan.
Maka
dengan pendekatan inilah, Presiden sudah mulai melihat titik terang dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada di Papua. semoga dengan ini, diharapkan
dengan cara yang berbeda yang diterapkan Presiden dapat mengubah Papua dan
Papua menjadi lebih baik lagi kedepan yang tidak terlepas dari bantuan dan
kerjasama dari semua pihak, khususnya seluruh masyarakat Papua yang kita
cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar