Minggu, 10 Mei 2015

Cara Berbeda Presiden RI Merangkul Papua

Jayapura –  Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki berbagai macem kekayaan alam didalamnya. Salah satunya yang ada di wilayah bagian paling Timur Indonesia yaitu Papua dan Papua Barat.

Papua merupakan wilayah indonesia yang memiliki banyak sekali kekayaan alamnya, mulai dari emas, tembaga, perak, minyak bumi dan bahkan masih banyak lagi. Maka bila alamnya menyimpan banyak kekayaan, secara otomatis rakyatnya pun harus demikian. Tetapi kenyataan yang ada sangat bertolak belakang dengan kehidupan masyarakat yang ada di Papua.

Hal-hal yang membuat selama ini Papua sangat jauh tertinggal dengan daerah lain di Indonesia adalah masalah politik yang terus terjadi, yang menyebabkan Papua menjadi daerah yang sangat memprihatinkan. ingatan yang sampai saat ini terpelihara di benak masyarakat Papua yang kembali ke pangkuan NKRI lebih dari setengah abad lalu itu, lebih di dominasi dengan ingatan kepedihan.

Serangkaian peristiwa kekerasan yang terus diturun-temurunkan terus-menerus ke generasi berikutnya, membuat cara pandang mereka terhadap negara sangat sinis. Kondisi tersebut makin akut, ketika sejumlah elit di pemerintahan melakukan banyak hal merugikan masyarakat di seluruh Papua, dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, gubernur yang korupsi, pemerintah daerah yang menggunakan dana yang tadinya semesti ditujukan untuk rakyat, tetapi disalah gunakan, hal tersebut membuat masyarakat yang sudah menderita semakin tersiksa.

Dana pembangunan khusus untuk Papua dan Papua Barat misalnya, telah menerima kucuran dana yang sangat besar. Tercatat dari tahun 2001 hingga 2014 dana yang diberikan Pemerintah pusat sebesar 57,7 triliun rupiah dana yang diterima Papua dan Papua Barat. Ironisnya cucuran dana tersebut tidak berpengaruh pada index pembangunan manusia atau IPN Papua.

Tetapi ironisnya, IPN Papua dan Papua Barat masih merayap di urutan terakhir se-Indonesia. Tiga tahun lalu skor IPN Papua 65,8 triliun itu menjadikan Papua sebagai provinsi yang IPNnya terendah secara nasional yang rata-rata 73,29 triliun rupiah. Wajar belaka bila kondisi tersebut memicu ketidakpuasan Papua. celakanya lagi, hal tersebut terimbas ke berbagai masalah. Selama ini pendekatan keamanan yang cenderung represif dipilih pemerintah setiap ada yang bersuara lantang.

Dialog secara serius pemenuhan atas janji-janji politik dan keinginan memperdayakan Papua masih jauh panggang dari api. Karena itulah, kita sangat mengapresiasi langkah Presiden Jokowi yang bertekan menggunakan pendekatan yang humanis, biologis dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat Papua.

Hal-hal seperti itulah yang sangat dirindukan masyarakat Papua, tetapi selama ini hampir selalu menjadi teriakan kosong tak bersambut. Saat berkunjung ke Papua sabtu 9 mei Presiden Jokowi memberikan grasi kepada 5 tahanan Papua dan Papua Barat, Presiden mengatakan grasi itu merupakan upaya sepenuh hati pemerintah untuk menghentikan stigma politik yang selama ini ada di Papua dan Papua Barat. Kita ingin menciptakan Papua dan Papua Barat sebagai negeri yang damai, jadi jangan di panas-panasi lagi “kata kepala negara dilembaga pemasyarakatan kelas II Abepura, Jayapura, Papua”.

Dari kelima Tapol yang dibebaskan itu, ada yang divonis seumur hidup dan ad yang divonis 20 tahun penjara. Presiden bahkan menyebutkan kelima tapol yang dibebaskan merupakan titik awal dari pembebasan tapol berikutnya.

Bukan Cuma itu, pemerintah juga mencucurkan anggaran dana sebesar 6 triliun rupiah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Papua. Dana itu digunakan untuk membangun jembatan dan jalan trans Papua, irigasi, sanitasi dan air minum serta perumahan. Presiden Jokowi juga mengunjungi pasar Praha Sentani Jayapura yang saat ini dijadikan contoh pasar terintegrasi dengan terminal. Pembangunan pasar akan selesai akhir tahun ini, sehingga sudah dapat diresmikan akhir awal tahun depan.

Langkah tersebut mengingatkan kita pada cara negara menyelesaikan konflik di aceh satuwasadasa lalu. itu menandakan pendekatan dialog kemanusiaan dan kesejahteraan merupakan solusi yang benar untuk merekakan bangsa. Negeri ini tentu tidak hanya menginginkan anyaman bangsa yang sepertinya indah dan warna-warni dipermukaan saja, tetapi sejatinya didalamnya penuh dengan kekarut-marutan akibat pendekatan reprensif yang menakutkan.


Maka dengan pendekatan inilah, Presiden sudah mulai melihat titik terang dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di Papua. semoga dengan ini, diharapkan dengan cara yang berbeda yang diterapkan Presiden dapat mengubah Papua dan Papua menjadi lebih baik lagi kedepan yang tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dari semua pihak, khususnya seluruh masyarakat Papua yang kita cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts